- Welcome To My Blog -

..:: Followers ::..

Thursday, November 25, 2010

TARBIYAH DZATIYAH


TARBIYAH DZATIYAH
KH. Hilman Rosyad, Lc

Definisi dan Pengertian
Secara bahasa, tarbiyah dzatiyah berarti pembinaan esensial. Secara istilah, tarbiyah dzatiyah ialah kemampuan seseorang untuk membina dirinya sendiri. Sekalipun pembinaan ini dilakukan seseorang atas dirinya sendiri, ia masih tetap dalam kerangka program tarbiyah secara umum.
Mengapa pembinaan diri sendiri dinamakan pembinaan esensial? Sekurang-kurangnya ada tiga alasan, yaitu:

1. Esensi dari sasaran tarbiyah adalah individu
Individu adalah obyek dan sekaligus subyek dari diturunkannya risalah. Di dalam al-Qur'an, banyak seruan yang langsung ditujukan kepada manusia, agar mereka mampu membina dirinya sendiri. Diantara seruan-seruan itu ialah:

"Hai manusia, sesungguhnya engkau semestinya harus bekerja keras dengan sesungguh-sungguhnya untuk menemui Rabb-mu, sebab engkau pasti akan menemuiNya". (QS. Al-Insyiqaq 6)

Ayat diatas dengan tegas menyuruh manusia untuk secara sungguh-sungguh bekerja keras, yakni beramal shalih dalam kehidupannya. Kesungguhan dan kerja keras hanya bisa dilaksanakan oleh seseorang yang memiliki disiplin, semangat yang terpelihara, dan jasmani yang kuat. Semua itu hanya bisa dilakukan oleh manusia yang terbina dalam tarbiyah islamiyah.

"Hai orang-orang beriman, jagalah setiap diri kalian masing-masing dan keluarga kalian dari api neraka". (QS. At-Tahrim 6)

Ayat ini lebih tegas menunjukkan pada salah satu fungsi tarbiyah, yakni muhafadzah (penjagaaan) fitrah manusia dari berbagai faktor yang akan dapat menyesatkan mereka dari jalan Islam. Proses tarbiyah ini harus dimiliki oleh setiap muslim, sehingga mereka mampu menjaga dirinya masing-masing dan keluarganya.

2. Esensi dari perubahan adalah individu
Risalah Islam ditujukan untuk ummat manusia, sedangkan ummat sendiri adalah kumpulan dari individu. Individu-individu inilah yang menyusun ummat, mulai dari institusi terkecil yakni keluarga, hingga institusi akbar yaitu khilafah islamiyah.

"Sesungguhnya Allah tidak akan merubah nasib suatu kaum hingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri". (QS. Ar-Ra'd 11)

Pada awal risalahnya, Rasulullah saw melakukan pembinaan untuk merubah anggota masyarakatnya, yaitu bangsa Quraisy. Bimbingan yang intensif disertai kemampuan para shahabat dalam membina diri sendiri, akhirnya berhasil memunculkan individu-individu dengan jiwa yang baru (ruhul jadid), yang berbeda dari jiwa jahiliyah. Perbedaan ini tidak hanya dalam keyakinan, tetapi juga dalam pola pikir maupun sikap hidup.

3. Esensi pertanggung-jawaban adalah individu
Hidup seseorang adalah tanggung-jawab dirinya. Keberhasilan dan kegagalannya dalam menjalani kehidupan harus dipertanggungjawabkannya sendiri. Ketersesatan dan penyimpangan hidupnya tidak bisa ditimpakan kepada orang lain atau sebab diluar dirinya.

"Bahwasanya seorang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain, dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya". (QS. An-Najm 38-39)

Disinilah urgensi tarbiyah, dimana setiap individu memahami berbagai potensi positif dirinya, yang apabila dipelihara (ri'ayah) maka hidupnya akan lurus dan sukses. Hidupnya lurus karena ia senantiasa mampu menerima petunjuk dan rambu yang diberikan Allah dalam menjalani hidupnya. Manusia yang tertarbiyah inilah yang masuk pada kriteria "yang Allah kehendaki" pada firman-Nya:

"Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu cintai, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya." (QS. Al-Qashash 56)

0 comments: